SEMARANG- Ketua Umum Pengurus Wilayah Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Jawa Tengah, Nyata Nugraha mengatakan salah satu sentral yang dibahas saat ini di Jawa Tengah pada rapat konsolidasi wilayah MES se-Jawa Tengah mengenai pariwisata ramah muslim.
“Ya salah satunya isu yang tadi saya sampaikan kalau di Jawa Tengah itu isunya lokomotifnya yaitu pariwisata ramah muslim. Jadi pariwisata Ramah Muslim itu sudah menjadi isu nasional. Bukan hanya di Jawa. Pariwisata Ramah Muslim adalah pariwisata yang ramah untuk orang-orang muslim. Bukan pariwisata syariah. Jadi berbeda. Wisata syariah pariwisata yang di dalam wilayahnya harus syariah semua. Tidak boleh ada yang haram, tidak boleh ada minuman keras, itu tidak boleh ada,” ujarnya di Acara rapat konsolidasi wilayah MES se-Jawa dan Literasi Perencanaan Keuangan Syariah untuk UMKM di Hotel MG Setos Semarang pada Jumat (13/12/2024).
Nyata menjelaskan bahwa wisata Ramah Muslim adalah suatu wilayah yang di dalam lokasi wisatanya terdapat tambahan jasa. Jasa ini sangat ramah oleh orang muslim. Ramah terhadap muslim itu seperti harus ada tempat sholat, makanan dan minuman harus halal, toiletnya bersih, ada penunjuk arah kiblat.
Di sisi lain, Nyata menambahkan, semisal di tempat wisata terdapat hal yang tidak halal. Hal tersebut masih bisa dijadikan sebagai lokasi ramah muslim yaitu dengan cara memisahkan antara yang halal dengan yang haram disertai dengan keterangan yang jelas. Meskipun begitu, Wisata Ramah Muslim ini tidak mengubah konsep menjadi wisata syariah malahan dapat menambah konsumen.
Sementara itu, Badan Pengurus Harian Pengurus Pusat MES, Siti Ma’rifah menuturkan, pengembangan Wisata Ramah Muslim di Jawa Tengah merupakan salah satu public service.
“Tadi di Jawa Tengah, nanti ada pengembangan untuk wisata ramah muslim itu juga dapat di katakan sebagai public service. Jadi bagaimana misalnya, wisatawan dari mancanegara dari Arab Saudi tentunya ingin makanannya halal. Nah itu kita punya zona khas,” tuturnya.
“Hal itulah yang terjadi di Saudi. Katering jamaah dari Indonesia belum masuk. Ayam dari Brazil yang notabene bukan negara muslim. Kenapa? Karena negara-negara nonmuslim sudah aware. Jadi halal itu sudah menjadi gaya hidup bukan lagi soal agama,” tambahnya.
Dengan adanya hal tersebut, MES harus mengambil peran baik dari pusat maupun daerah dengan orientasi dapat mengentaskan kemiskinan ekstrim. Sehingga dengan adanya progarm-program ini diharapkan dapat menjadi maslahat untuk masyarakat. (kskt/isl)